Berdasarkan
cara penggunaannya, kortikosteroid dapat dibagi dua, yaitu kortikosteroid
sistemik dan kortikosteroid topikal. Kortikosteroid topikal bermanfaat membantu
meredakan rasa gatal yang disebabkan oleh alergi pada kulit dan mukosa.
Kortikosteroid sebaiknya digunakan sesedikit mungkin dan hanya terbatas pada
area yang mengalami inflamasi saja. Kortikosteroid topikal adalah salah satu
obat yang sering diresepkan dan digunakan untuk pasien dermatologi. Sayangnya,
kortikosteroid topikal sering kali digunakan secara tidak tepat baik oleh
dokter, farmasi, toko obat, ahli kecantikan ataupun pasien karena keampuhannya
menghilangkan gejala dan tanda berbagai penyakit kulit. Hal tersebut tidak
jarang menimbulkan masalah efek samping. Secara farmakologik penulisan resep
kortikosteroid topikal harus rasional, terutama bila dikombinasikan / dicampur
dengan obat lain, serta selalu mempertimbangkan efek samping yang mungkin
terjadi.
Untuk
keberhasilan pengobatan dengan kortikosteroid topikal, beberapa faktor kunci
yang harus dipertimbangkan adalah diagnosis yang akurat, memilih obat yang
benar, mengingat potensi, jenis sediaan, frekuensi penggunaan obat, durasi
pengobatan, efek samping, dan profil pasien yang tepat. Efektivitas
kortikosteroid topikal bergantung pada potensi / kekuatan, vehikulum, frekuensi
pengolesan, jumlah/banyaknya, dan lama pemakaian. Selain diagnosis yang tepat,
stadium penyakit, lokasi anatomi, dan faktor usia, kepatuhan pasien juga ikut
mempengaruhi keberhasilan terapi.
Indikasi Kortikosteroid Topikal
Kortikosteroid
topikal mempunyai kemampuan menekan inflamasi/peradangan dengan cara menghambat
fosfolipase A dan menekan IL-1α. Sebagai obat imunosupresan, kortikosteroid
dapat menghambat kemotaksis neutrofil, menurunkan jumlah sel Langerhans dan
menekan pengeluaran sitokin, menekan reaksi alergi-imunologi, serta menekan
proliferasi/antimitotik. Kortikosteroid topikal juga menyebabkan vasokonstriksi
dan efek ini sejalan dengan daya antiinflamasi.
Beberapa
jenis penyakit kulit yang responsif terhadap kortikosteroid adalah Alopecia
areata, Atopic dermatitis (resistant), Discoid lupus, Hyperkeratotic eczema,
Lichen planus, Lichen sclerosus (skin), Lichen simplex chronicus, Nummular
eczema, Psoriasis, Severe hand eczema, Asteatotic eczema, Atopic dermatitis,
Lichen sclerosus (vulva), Nummular eczema, Scabies (after scabicide),
Seborrheic dermatitis, Severe dermatitis, Severe intertrigo (short-term),
Statis dermatitis, Dermatitis (diaper), Dermatitis (eyelids), Dermatitis
(face), Intertigo, Perianal inflammation.
Kekuatan Kortikosteroid Topikal
Kekuatan
atau Potensi adalah jumlah obat yang dibutuhkan untuk menghasilkan efek terapi
yang diinginkan. Potensi/kekuatan kortikosteroid topikal dapat diukur dengan
menghitung daya vasokonstriksi. Daya vasokonstriksi di kulit orang sehat
menjadi dasar klasifikasi potensi. Efek terapi kortikosteroid topikal pada
setiap pasien hasilnya bervariasi. Keberhasilan terapi tidak hanya bergantung
pada kekuatan kortikosteroid topikal, tetapi juga dipengaruhi oleh frekuensi
dan jumlah obat yang diaplikasikan, jangka waktu pemberian terapi, dan lokasi
anatomi. Terdapat perbedaan hasil pengobatan kortikosteroid topikal walaupun
formula generiknya sama atau di satu kelas yang sama. Setiap nama dagang
tertentu menggunakan vehikulum yang berbeda. Bentuk lotion, krim, salep,
ataupun gel memberikan hasil berbeda. Konsentrasi formula juga akan
mempengaruhi potensi kortikosteroid topikal.
Kortikosteroid
topikal potensi rendah adalah agen paling aman untuk penggunaan jangka panjang,
pada area permukaan besar, pada wajah, atau pada daerah dengan kulit tipis dan
untuk anak-anak. Kortikosteroid topikal yang lebih kuat sangat berguna untuk
penyakit yang parah dan untuk kulit yang lebih tebal di telapak kaki dan
telapak tangan. Kortikosteroid topikal potensi tinggi dan super poten tidak
boleh digunakan di selangkangan, wajah, aksila dan di bawah oklusi, kecuali
dalam situasi yang jarang dan untuk durasi pendek.
Kortikosteroid
topikal diklasifikasikan menjadi tujuh kelas menurut sistem Amerika dengan
kelas I merupakan super poten dan kelas VII menunjukkan potensi yang paling
rendah. Menurut formularium nasional Inggris, Kortikosteroid topikal dibagi
menjadi empat kelompok sesuai dengan potensinya.
Kategori
|
Kelas
|
Contoh
|
|
Amerika
Serikat
|
Inggris
|
||
Super-Poten
|
1
|
1
|
Klobetasol
propionate 0,05%
|
Betamethason
dipropionat 0,05% dalam vehikulum teroptimisasi
|
|||
Potensi Tinggi
|
2-3
|
2
|
Betamethason
dipropionat 0,05%
|
Betamethason
valerat 0,1%
|
|||
Desoksimetason
0,25%
|
|||
Flutikason
propionat 0,05%
|
|||
Mometason
furoat 0,1%
|
|||
Potensi Sedang
|
4-5
|
3
|
Betamethason
valerat 0,1%
|
Flutikason
propionat 0,05%
|
|||
Mometason
furoat 0,1%
|
|||
Prednikarbat
0,1%
|
|||
Triamsinolon
asetonid 0,1%
|
|||
Potensi Rendah
|
6-7
|
4
|
Alklometason
dipropionat 0, 05%
|
Desonid
0,05%
|
|||
Hidrokortison
0,1%
|
Cara Mengoptimalkan Penggunaan Kortikosteroid
ü Memilih
Kortikosteroid yang tepat sesuai dengan indikasinya. Mulailah dengan yang potensi
ringan, terutama untuk lesi di wajah, kelopak mata, intertriginosa, fleksural,
skrotum, dan untuk area yang luas. Penggunaaan Kortikosteroid harus sesuai dengan
potensinya untuk mencapai pengendalian penyakit dan pengobatan yang maksimal.
Makin kuat potensi, makin kuat daya inflamasi, dan antiproliferasi.
ü Setelah mencapai
hasil yang memuaskan, turunkan potensi Kortikosteroid atau kurangi frekuensi
aplikasi secara perlahan-lahan sampai pengobatan tuntas.
ü Kortikosteroid
poten atau sangat poten dengan teknik oklusi lebih bermanfaat pada lesi kronik
ditandai hiperkeratosis dan likenifikasi.
ü Hati-hati
penggunaan Kortikosteroid, terutama pada anak, orang tua, wanita hamil dan
menyusui.
ü Segera
hentikan pemakaian kortikosteroid jika terjadi efek samping.
ü Hindari
menggunakan preparat kombinasi Kortikosteroid dengan antimikroba dan antijamur
bila tidak ada indikasi dari dokter.
ü Menghindari
penggunaan Kortikosteroid untuk ruam yang tidak terdiagnosis karena akan
mengaburkan diagnosis.
No comments:
Post a Comment